Header Ads

Belajar dari Ibu Penjual Gado-Gado





Penjual gado-gado ini baru saja menampar saya dua kali.


 
Saya sudah beberapa kali beli gado-gado di tempat bu Ijah - Siti Khodijah- di pojok jalan Asmawi, Beji, Depok ini. Untuk kedua kalinya saya dipaksa menunggu di gerobaknya yang ditinggalkan begitu saja.

"Lagi sholat dzuhur mas bu Ijah nya..." 
kata tukang rambutan di sebelahnya. 
Saya pun menunggu.

Lima belas menit kemudian bu Ijah muncul, karena sudah kenal dengan wajah pelanggannya ini dia lalu bilang, 
"maaf ya nunggu lama... pedas banget kan?"

"Habis sholat bu?" tanya saya.

"Iya mas, kaya kagak sholat kagak, rugi dong saya..." jawabannya bikin saya merasa ditampar.

"Nggak takut kehilangan pelanggan?" tanya saya lagi.

"Emang sih kata orang-orang setiap pas saya sholat ada deh enam sampe tujuh pelanggan yang datang... tapi ya kalau rezeki saya tuh orang pada balik lagi. Kalau kagak balik ya bukan rezeki saya..."

Plak! 
Ditampar lagi saya rasanya sama bu ijah. Yang kedua ini terasa lebih pedas tamparannya, lebih pedas dari rasa gado-gadonya. Jelas, keyakinannya soal rezeki jauh diatas keyakinan saya yang kadang masih ragu.

Terima kasih ya bu Ijah atas tamparannya. 
"Sekaya apa dirimu sampai rela meninggalkan sholat?"
dari status facebook
Gaw Bayu Gawtama
Rabu, 23 Desember 2015 

------------------------------------------------------------------

Masyaa Allah,
betapa besar keimanan Ibu Ijah, beliau benar-benar memahami hakikat rezeki dan tak pernah takut dengan yang namanya "kehilangan" rezeki, karena Ibu Ijah yakin bahwasanya setiap hambaNya telah ditetapkan rezekinya, tak pernah tertukar dan tak pernah salah kirim.

Allah berfirman :
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rezeki“ (QS. Huud:6)

Dan, sebagai hambaNya yang bertakwa, ketika tiba kewajibannya yaitu sholat, maka beliau pun menunaikan kewajibannya tersebut tanpa pernah takut akan kehilangan rezekinya yang telah Allah tetapkan untuk dirinya. 

Ketika kita mendekatkan diri kepada Yang Maha Pemberi Rezeki, maka apakah yang harus kita takutkan?

Wallahua'lam bish showwab...

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.